Wednesday, April 3, 2013

Regret

Tonight, when i'm eating i remember some events that makes me have a big regret up to now,
it's sad,
i mean,,,now i'm running out of money, but i can buy food for dinner, thanks God for that.

Ada beberapa hal yang buat aku menyisakan penyesalan yang begitu membekas sampai sekarang. Kejadiannya sih udah bertahun-tahun lalu, tapi ga tau kenapa aku selalu ingat terus,,,

Pertama, waktu itu aku masih SD, orang tuaku pengurus koperasi dan kebetulan koperasi itu membuka toko kebutuhan sehari-hari di depan rumahku. Jadi kadang-kadang setelah pulang sekolah aku jaga toko itu. saat itu sore sekitar jam 5, ada beberapa orang laki-laki, mungkin 3 atau 4 aku lupa. Meskipun aku masih kecil, aku menganalisa mereka bukan dari daerahku. Mereka kelihatan exhausted banget. Keringat menetes di wajah-wajah mereka dan kelihatan capek dan haus sekali. Mereka mampir ke tokoku dan bilang ingin membeli marimas, semacam produk serbuk minuman. Aku gunting beberapa Marimas untuk mereka dan mereka menanyakan "loh, kok ga dibuat?". Aku bilang ," memang toko ini ga buatin minuman, cuma jualin itu aja." dan celakanya tokoku juga ga menyediakan air mineral atau minuman apapun dalam botol atau minuman kemasan. Kalau aku ga salah ingat, mereka minta air putih. Tapi aku menolak mengambilkan, karena orang tuaku berpesan, jangan sampai meninggalkan toko kalau ada orang asing yang beli. Lalu dengan wajah lelah itu, mereka membayar marimasnya dan pergi. OH, GEES!!! aku selalu ingat wajah mereka. mungkin mereka bukan orang jahat yang harusnya aku ambilin minum. aku ga tau lagi, tapi itu sangat menggangguku, sampai sekarang aku 25 tahun, dari SD...

Kedua, juga waktu itu aku duduk di teras rumah, sendirian, orang tuaku pergi. Lalu aku dengar suara laki-laki "kalender! kalender!"
Dia menawarkan kalender. Saat itu matahari tepat di atas kepala dan memang lagi musim kemarau, jadi sangat panas. Saat dia lewat depan rumahku, aku lihat seorang laki-laki, seperti orang Papua, kulitnya hitan terbakar sinar matahari dan wajahnya penuh keringat. dia membawa beberapa kalender di tangan dan mungkin juga masih banyak di dalam tas yang dibawanya saat itu. Dia menoleh padaku, memintaku membeli satu saja kalendernya, kalau ga salah, harganya 1000 rupiah atau 2000 rupiah. Uang yang tidak banyak. Aku tidak begitu ingat apakah saat itu aku tidak punya uang, ataukah aku takut dengan laki-laki asing itu, atau karena orang tuaku tidak ada di rumah jadi aku tidak bisa minta uang, AKU TIDAK MEMBELI. Itu juga sering teringat sampai sekarang.

Ketiga, aku sudah jadi mahasiswa saat itu. Aku dan 2 atau 3 temanku makan di sebuah tempat khusus fried chicken semacam KFC. tiba-tiba ada seorang cowok, memakai kaos dan celana pendek, membawa plastik hitam kecil, dan tangannya memegang jepit rambut dan ternyata isi plastik itu juga beberapa jepit rambut. Dia minta jepit itu dibeli harga 5.000 rupiah. Harga sebenarnya di toko mungkin 1000 atau 2000 rupiah saja. Tapi dia bilang dia kehabisan uang dan tidak bisa makan dan pulang. Aku berpikir, mungkin dia ngekos dan kehabisan uang, jadi tidak bisa pulang ke rumahnya. Yang aku sesalkan karena aku tidak membeli dan aku bisa makan di situ. Saat itu uangku juga tinggal buat bayar makan di situ dan ongkos pulang. karena aku sendiri juga anak kos. Sangat Pas. Karena aku memang udah hitung sebelum makan disitu.

Oh, my God,,,aku sungguh-sungguh terganggu dengan semua memori itu. Kenapa aku ini ga menolong saja mereka. Kalau aku menahan diri sedikit rasa takutku, atau